Skip to content

CONTEMPLATIVE PUBLISHING

Anarchist Publisher

  • Home
  • Books
  • Zines
  • Communiqué
  • Articles

Klaim Tanggung Jawab atas Vandalisme di Universitas yang Selalu Bersekongkol dengan Negara dan Para Kapitalis

Posted on 2025/06/19 - 2025/06/19 by contemplativepublishing

Jangan tertipu—kita sedang dilumat hidup-hidup. Bukan oleh monster fiksi atau kekuatan gaib, tetapi oleh mesin sosial yang nyata, sistem yang dingin, terstruktur, dan sistematis. Dan salah satu mesin utamanya yang paling terselubung dalam kehormatan palsu dan intelektualitas semu adalah: universitas. Di balik jargon “ilmu pengetahuan,” “riset,” dan “pengabdian masyarakat,” universitas adalah pabrik kolonial modern. Ia adalah mulut raksasa yang memamah kehidupan, mengolahnya, lalu memuntahkan kembali manusia-manusia yang sudah dibentuk, dicetak, dan diindoktrinasi agar tunduk dan patuh. Universitas adalah pusat pelatihan untuk para manajer kekuasaan, birokrat kematian, teknokrat eksklusi, dan pengatur logika mesin kolonial.

Tak peduli apakah misinya reformasi sosial, pemberdayaan masyarakat, riset kemanusiaan, atau pembangunan, dan Moderasi Beragama yang berkelanjutan—semuanya bermuara pada satu hal: mengelola kehidupan demi keberlangsungan mesin. Ia memetakan “yang bodoh” untuk dididik, “yang tidak efisien” untuk dilatih, “yang menyimpang” untuk dikoreksi, dan “yang tak berguna” untuk dieliminasi secara kultural. Universitas adalah penjara intelektual. Ruang kelas adalah sel. Kurikulum adalah rantai. Gelar adalah alat legitimasi penindasan. Ia melatih Anda bukan untuk berpikir bebas, tapi untuk berfungsi dalam mesin—menjadi sekrup, baut, atau pelumas bagi sistem yang menindas kehidupan. Ia menjadikan kritik sebagai komoditas, dan perlawanan sebagai bahan penelitian. Ia menjinakkan hasrat untuk menghancurkan dunia lama, dan menggantinya dengan seminar, jurnal terindeks, dan konferensi berbayar.

Di balik kampus yang rapi, perpustakaan yang sunyi, dan ruang dosen yang wangi, bersembunyi wajah asli kolonialisme kontemporer. Universitas menyerap energi, waktu, pikiran, dan tubuhmu—lalu memutarmu keluar sebagai agen kapitalisme global, sambil membisikkan bahwa Anda adalah bagian dari “kemajuan.” Kemajuan siapa? Untuk siapa? Atas mayat siapa?

Ingat ini: universitas bukan tempat pencerahan. Ia adalah pusat domestikasi. Ia butuh “yang lain” agar bisa terus hidup: yang disebut bodoh, yang disebut liar, yang disebut tak beradab. Dikotomi beradab vs biadab, legal vs ilegal, produktif vs malas, akademisi vs massa—semuanya adalah nadi kehidupan universitas. Ia butuh objek formal, objek riset, objek pengabdian. Dan Anda—mahasiswa, dosen, peneliti—sedang dilatih untuk menjadi tangan kolonial itu.

Inilah wajah akademia sebagai proyek kolonial: membungkus penaklukan dalam bahasa netral, membunuh dengan statistik, menjarah dengan riset, dan menjajah dengan kurikulum. Jika Anda merasa lelah, hampa, dan asing di dalam kampus, mungkin itu bukan salah Anda—mungkin itu adalah sinyal tubuh yang sedang memberontak. Mungkin, yang perlu Anda lakukan bukanlah menyesuaikan diri, tapi menghancurkan sistem yang menciptakan kelelahan itu. Tolak peran diri dalam mesin. Jangan menjadi administrator kolonial yang berkedok sarjana.

Universitas bisa dihancurkan. Mesin bisa diretas. Kita bisa mencipta ruang belajar yang liar, tak terkontrol, tak dapat dikelola oleh negara dan kapital. Kita bisa membentuk kehidupan yang tak bisa dirangkum dalam rubrik akreditasi atau formulir riset. Karena di balik tembok kampus yang angkuh, dunia sedang terbakar—dan kita tak akan menyiramnya dengan jurnal, kita akan menyulut apinya lebih besar lagi.

Kita bangun pagi bukan untuk hidup, tapi untuk antre, absen, duduk, diam, dan dicekoki. Kita diberi jadwal. Kita dikurung dalam ruang steril bernama “kelas”. Kita dipaksa membaca teori kemanusiaan dari mulut birokrat yang tak pernah bersentuhan dengan nyawa manusia. Kita diberi tugas, nilai, evaluasi. Lalu, kita diajari untuk bersyukur. Ini bukan pendidikan. Ini adalah pendislipinan tubuh dan pikiran agar patuh.

Universitas bukan tempat belajar—ia adalah laboratorium domestikasi. Tempat di mana semangat liar dimutilasi, diarsipkan, lalu diganti dengan ambisi karier. Tempat di mana semua bentuk pemberontakan dijinakkan jadi makalah, tesis, atau diskusi meja bundar. Kampus adalah sel penjara dengan wifi. Setiap jadwal kelas adalah rantai. Setiap dosen adalah sipir. Setiap gelar adalah borgol. Kita diajari untuk berdebat, tapi bukan untuk bertindak. Kita disuruh membaca revolusi, tapi tidak pernah hidup di dalamnya. Kita disuruh kritik negara, tapi hanya di ruang seminar yang diam-diam diawasi. Kita diajari menyusun argumen, bukan merakit molotov & Propane. Itu sebabnya universitas mencintai teori dan membenci nyala api.

Posted in Communiqué

Post navigation

Leaflet T. A. Z
Gaetano Bresci: L'anarchico venuto dall'America (The Anarchist Who Came From America)

Recent Posts

  • Klaim Tanggung Jawab atas Vandalisme di Universitas yang Selalu Bersekongkol dengan Negara dan Para Kapitalis
  • Leaflet T. A. Z
  • Organisasi Informal
  • Fuck Left Unity! & Anti-left Anarchy: Hunting Leftism with Intent to Kill
  • Welcome to The New Apocalypse World

Daftar Penerbit Anarkis di Indonesia

  • Talas Press
  • Pustaka Catut
  • Penerbit Ramu
  • Penerbit Daun Malam
  • Public Enemy Books
  • Diogenes
  • Sabate Books
  • Nomo Press
  • Page Against The Machine
  • Katong Press
  • Ngazarah Press
  • Seng Iseng Zine
  • Hellish Poets Conspiracy
  • Archipelago Anarchist Archive
  • etc.

Archives

    • June 2025
    • May 2025
    • March 2025
    • February 2025
    • January 2025
    • December 2024
    • November 2024
    • October 2024

    Categories

    • Articles
    • Books
    • Communiqué
    • General
    • Leaflet
    • Zines
    • Mail
    • Instagram
    Proudly powered by WordPress | Theme: micro, developed by DevriX.