Skip to content

CONTEMPLATIVE PUBLISHING

Anarchist Publisher

  • Home
  • Books
  • Zines
  • Communiqué
  • Articles

Category: Articles

Perang Melawan Era Informasi: Sebuah Masa Depan Kontrol Sosial Massal – Anonim

Posted on 2025/02/27 - 2025/03/12 by contemplativepublishing

Seiring dengan semakin kokohnya imperialisme kapitalis dalam membangun batas-batas ekonominya—melalui proses paramiliterisasi yang terus berlanjut dan struktur kepolisian internal yang semakin terpadu untuk merespons eskalasi perang eksternal serta kehancuran sosial-ekologis—represi pun semakin diperhebat sebagai respons terhadap ‘krisis’ buatan para bankir. Hegemoni tetap mempertahankan tingkat desentralisasi yang cukup agar aparatus keamanan internal dapat beroperasi secara otonom sesuai dengan kondisi lokal. Namun, area utama di mana represi ini diperkuat—yakni dalam isu ‘terorisme’ dan imigrasi (terutama melalui pemenjaraan massal dan deportasi)—berjalan seiring dengan penguatan nasionalisme yang dikondisikan serta ekspansi prison-society.

Legislasi otoritarianisme baru ini bukanlah kodifikasi hukum-hukum baru, melainkan perluasan dan penguatan dari aturan-aturan lama yang terus bergerak maju untuk menghadapi ‘ancaman-ancaman baru’. Prison-society pada hakikatnya adalah model sosial otoriter khas era informasi, di mana teknologi informasi dan ilmu pengetahuan mutakhir menjadi pilar utama perkembangan dan evolusi infrastrukturnya. prison-society bukan sekadar jaringan kamera pengawas ‘cerdas’, basis data, kantor polisi, dan lembaga pemasyarakatan (penjara)—tetapi juga perancangan kota yang dikendalikan, biometrik, chip pintar nirkontak, sistem pelacakan elektronik, dan analisis pola perilaku. Ini mencakup pemetaan satelit, tentara keamanan swasta, drone otomatis, serta pesawat pengintai tanpa awak di perbatasan. Ini adalah perluasan universal sistem kesejahteraan sosial, layanan keuangan, dan dominasi korporasi. Ini adalah analisis suara melalui telepon, CCTV beresolusi tinggi, sistem pengenalan wajah, pemindai gelombang mikro ‘X-Ray’, unit polisi rahasia untuk pembobolan, penyadapan, dan pengintaian, serta jaringan pengawasan global seperti Echelon. Ini adalah daftar hitam yang mencakup ‘subversif’, ‘kriminal’, ‘imigran’, dan ‘teroris’. Ini adalah narasi dan pesan yang dipancarkan oleh kekuasaan ke dalam kepalamu 24 jam sehari, mengonstruksi ulang realitasmu melalui televisi, surat kabar, iklan, radio, dan internet.

Ini adalah kekuatan jajak pasar, survei konsumen, dan kelompok penekan. Ini adalah kantor pajak, nilai tukar, mata uang, dan manipulasi mereka. Ini adalah detail tak terhitung banyaknya individu yang diproses oleh mesin. Ini adalah statistik dan virtualisasinya—reduksi manusia menjadi angka, algoritma, dan pola yang dapat dikendalikan.

Ini bersembunyi dalam hal-hal kecil; ia mengendalikan keberadaanmu tanpa perlu seorang sipir yang terlihat, ia mengatur rutinitasmu, menetapkan waktu, menentukan utang, dan menghabiskan upahmu. Ia memasangkan gembok dan memenuhi sel. Ia adalah industri, masyarakat, dan cara hidup. Ia adalah masa depan yang telah dipersiapkan untuk kelahiranmu—sebuah kehidupan dalam ketundukan yang diatur, membentuk manusia agar patuh dan siap menjalankannya.

Masih dalam tahap embrionik, ia kini tersebar dan hadir dalam bentuk yang masih rangka, tetapi telah mengendalikan seluruh struktur negara yang penting di pusat-pusat kekuasaan pasca-industri. Di wilayah-wilayah pinggiran seperti Asia Tenggara dan Amerika Latin, Prison-society mulai mendamaikan dan melampaui kontradiksi yang melekat dalam model klasik kontrol sosial fasis dan diktatorial—melalui konsumsi. Masyarakat-kontrol yang sedang dibangun mengumpulkan cukup banyak informasi untuk menilai aktivitas individu serta potensi penyimpangan dari norma-norma yang dikonstruksi secara hierarkis dari atas ke bawah. Ini mencakup pemantauan karakteristik fisik (misalnya, pemeliharaan basis data biometrik dan DNA nasional yang terkomputerisasi), pelacakan lokasi (misalnya, GPS, pemantauan ponsel, sistem keuangan, serta pergerakan di dunia digital), dan analisis pola perilaku—apa yang dikonsumsi, diakses, dan digunakan (misalnya, buku perpustakaan, belanja makanan, transportasi, hiburan, dan sebagainya). Hasil akhirnya adalah mimpi para sibernetikus kontrol sosial: sebuah utopia yang tertata sempurna, di mana setiap orang mengawasi satu sama lain dan mesin menjalankan segalanya.

Geotime, sebuah program keamanan yang awalnya digunakan oleh militer AS dan kini diadopsi oleh Kepolisian Metropolitan London, menciptakan grafik tiga dimensi yang memetakan pergerakan serta komunikasi individu dengan orang lain. Program ini dapat mengompilasi informasi dari berbagai sumber—situs jejaring sosial, perangkat navigasi satelit, ponsel, transaksi keuangan, hingga log jaringan IP. Hubungan antar-entitas dapat direpresentasikan sebagai komunikasi, koneksi sosial, transaksi, rekam pesan, dan sebagainya, yang kemudian divisualisasikan dalam dimensi waktu untuk mengungkap pola-pola temporal serta perilaku, sekaligus menyoroti keterkaitan yang sebelumnya tak terdeteksi. Saat jutaan hingga miliaran fragmen mikrodata dikumpulkan, hasil akhirnya adalah potret resolusi tinggi dari individu atau kelompok tertentu—suatu pengawasan total dalam bentuk yang paling canggih. Curtis Garton, direktur manajemen produk Oculus—perusahaan yang memasarkan program ini—dikutip mengatakan bahwa “dalam hal penjualan komersial, hampir siapa pun bisa membelinya.” Sementara itu, Profesor Anthony Glees, direktur Centre for Security and Intelligence Studies di Universitas Buckingham, secara terbuka mendukung penggunaan perangkat pelacak seperti Geotime, menyebutnya sebagai sesuatu yang “sangat tepat.” Ia bahkan berujar, “Menurut saya, jika ini bisa dilakukan, dan jika tujuannya adalah melindungi warga biasa yang hanya ingin menjalani hidup mereka secara sah… maka tidak ada masalah sama sekali.”

Para pengembang produk dan akademisi kontrol sosial ini adalah arsitek dari hierarki struktural dan ketidakadilan.

Teknologi baru diperkenalkan melalui urutan berikut: perangkat keras dan personel militer (misalnya: internet, sibernetika, teknologi satelit, gelombang mikro, dan sebagainya); penjara & kepolisian (misalnya: pelacakan elektronik, senjata ‘non-mematikan,’ sistem ‘penolakan area,’ situasi ‘gangguan ketertiban umum,’ dan sebagainya); lalu ke populasi sipil (misalnya: sistem CCTV rumah, komputer pribadi, produk baru, hiburan, dan sebagainya). Siklus ini mengembalikan kemajuan militer ke ranah hiburan, sekaligus membentuk ketergantungan populasi pada komponen-komponen yang dipaksakan oleh sistem militerisme.

Teknologi berupaya menghilang, terus mengecil dalam proses miniaturisasi—nanoteknologi menjadi ekspresi terkini dari kecenderungan ini. Ia dirancang untuk larut dalam latar belakang, menjadi konteks tak kasatmata dari segala aktivitas dan kehidupan kita. Mesin serta proses birokratis yang mereka picu kini mendominasi perilaku manusia dan merusak bumi. Teknologi telah menciptakan kondisi di mana manusia biasa tersingkir dari mekanisme sistem yang mengelilingi mereka, kehilangan kendali atas keputusan nyata dalam hidup mereka sendiri. Keterampilan manusia bermigrasi ke mesin, dikemas sebagai ‘alat yang berguna,’ sementara otonomi individu semakin tergerus. Kontrol sosial modern kini ditandai dengan semakin militeristiknya kepolisian internal dan infrastruktur transportasi, didukung oleh teknologi mutakhir dalam pengumpulan serta pemetaan informasi untuk dijadikan dasar model pengelolaan populasi. Semua ini bergantung pada jaringan, server, router, sistem transmisi dan konduktor, administrator, cadangan data, serta simulasi darurat. Pemodelan sibernetika oleh korporasi multinasional dan negara-negara di era informasi telah mengubah strategi perang dan perencanaan sipil sejak beberapa dekade lalu. Pengelolaan kota tak lain adalah pengelolaan informasi dalam skala tertentu. Para birokrat politik dan kapitalis memahami ini, dan karena itu, bagi mereka, membiarkan mesin menjadi kota adalah suatu keniscayaan.

Konvergensi teknologi dalam bidang kecerdasan buatan, bioteknologi, robotika, nanoteknologi, dan teknologi informasi merupakan ekspresi mutakhir dari relasi hierarkis yang kini didasarkan pada jurang kemiskinan baru—kemiskinan dalam pemahaman, pengetahuan, dan bahasa.

Kontrol atas informasi adalah faktor penentu dalam pengendalian perang modern. Dalam kehidupan yang berlangsung di tengah perang sosial demi bertahan melawan techno-system, perang informasi serta kontrol/distribusi informasi menjadi dua elemen kunci dalam perang urban baru—pertempuran antara sistem dan manusia yang hendak ditaklukkannya. Pertarungan sosial ini ditentukan oleh akses terhadap informasi, sebagaimana halnya akses terhadap sumber daya atau komoditas lainnya. Kesenjangan besar dalam akses hanyalah manifestasi lain dari jurang pemisah yang dihadapi mereka yang terpinggirkan—mereka yang telah diputus dari sarana untuk menjamin kelangsungan hidup mereka sendiri.

Teknologi informasi berakar pada logika produktif yang murni kuantitatif: ia adalah kebutuhan masyarakat massa. Teknologi informasi inilah yang memungkinkan Reich Ketiga menjalankan final solution-nya—mesin-mesin IBM yang terkenal itu menyelesaikan tugas yang, tanpa mereka, akan memakan waktu terlalu lama bagi birokrat sebelum perang berakhir, mencatat enam juta manusia menuju kematian mereka. Efisiensi dan utilitarianisme berpadu membentuk masa kini.

Dalam ekonomi kapitalis, arus informasi diperlakukan sebagai komoditas yang harus diproses dengan pengawasan ketat, sebagaimana halnya barang-barang lain yang dikendalikan. Informasi menjadi seberharga—bahkan kadang lebih berharga daripada—realitas yang dirujuknya. Sejalan dengan itu, kebenaran memiliki nilai (ekonomi), sementara kerahasiaan menjadi sesuatu yang dapat diukur dan diperdagangkan.

Aparat intelijen dan unit polisi rahasia semakin jarang bergantung pada apa yang disebut sebagai human intelligence: lebih sedikit agen di jalan, lebih sedikit pengawasan fisik, tetapi lebih banyak analis di belakang meja yang menyaring signal intelligence. Saat ini, mesin dapat memindai kata kunci dan pola tertentu, tetapi tetap memerlukan transkripsi dan analisis manusia—sebuah proses yang masih memakan waktu. Artinya, metode digital dalam pengawasan sering kali dapat digagalkan melalui pertemuan langsung yang informal serta kesadaran terhadap lingkungan operasi. Terlepas dari penyadapan, pembuntutan, dan perang psikologis, aksi langsung dan sabotase terus menyebar, bersama dengan virus anarki internasional.

Kontrol informasi adalah keadaan perang: perbatasan internal, pos pemeriksaan, apa yang disebut sebagai ‘zona hijau,’ serta lingkungan dengan ‘keamanan total.’ Namun, pertanyaan fundamental tetap sama: siapa mengetahui apa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa! Perang informasi adalah branding yang kebal, pengarahan negatif, pemelintiran fakta, propaganda hitam dan abu-abu, serta fabrikasi ‘narasi.’ Ia bisa berupa daftar nama, daftar material, atau daftar instruksi—arsitektur kendali yang membentuk realitas menurut kepentingan kekuasaan.

Internet dan media sosial sedang mengubah cara manusia berinteraksi dan apa yang mereka tuntut. Informasi yang dulu tersebar terbatas—bahkan 30 atau 20 tahun lalu—kini beredar bebas, membuka akses terhadap pengetahuan yang sebelumnya ‘terlarang’ lebih luas dari sebelumnya. Dari rahasia dagang tentang metode produksi hingga dokumen pemerintah mengenai kekejaman perang, berbagai spektrum kebenaran kini lebih mudah ditemukan. Namun, semua itu tak berarti apa-apa tanpa kemauan untuk menggunakannya sebagai landasan tindakan. Melalui konsumerisme, liberalisme nyaman telah berkembang di pusat pasca-industri. Dalam jangka panjang, kegagalan pasokan sumber daya tradisional (peak oil production) akan berujung pada kelangkaan dan konflik. Negara-bangsa tidak lagi mampu memenuhi tuntutan rakyatnya—satu-satunya jalan bagi mereka untuk mempertahankan posisi dan ketertiban adalah menjual diri kepada korporatisme. Mereka tengah memasuki krisis tanpa preseden, dengan sedikit harapan untuk pulih, kecuali jika teknologi baru dalam pasokan energi dan produksi dapat mencegah kehancuran industri akibat penipisan sumber daya dan kelangkaan yang tak terhindarkan. Namun, kapitalisme dapat dan akan beradaptasi dengan setiap fase keterbatasan. Rencana bank-bank global adalah menangkap sebanyak mungkin kekayaan sosial, sekaligus melumpuhkan kemampuan negara-bangsa untuk melawan manipulasi mereka terhadap ekonomi dan pemerintahan.

Konfigurasi ulang kekuasaan tampak tak terelakkan, disertai dengan masa depan korporatis yang total dan saling terhubung. Korporasi adalah entitas jaringan dengan agenda monolitik, tetapi karena mereka tunduk pada arus Kapital dan Negara, mereka terus-menerus mengalami perpecahan dan rekonstruksi. Negara-bangsa, yang pada dasarnya tak dapat berubah, tidak akan mampu beradaptasi dengan masa depan sibernetik yang berjejaring dan korporatif—kecuali jika mereka menanggalkan ilusi hubungan ‘demokratis’ yang mereka kelola dan sepenuhnya mengadopsi prison-society sebagai model sosial. Arah ini sudah mereka tempuh secara sadar. Negara-bangsa akan dilampaui oleh korporasi dan semakin bergantung padanya, sementara korporasi justru semakin mandiri dari negara. Jika negara-bangsa mencoba mendominasi atau mensubversi korporasi, kemungkinan besar mereka akan gagal.

Kini, titik kritis telah tercapai—narasi-narasi strategis yang selama ini menahan pelepasan kekerasan libertarian-revolusioner mulai runtuh seiring dengan perlawanan populasi terhadap rencana kaum kaya. Negara-bangsa pasca-industri berada dalam ancaman, dan semakin terang-terangan menampilkan proyek prison-society yang telah mereka bangun dan kembangkan—sebuah konfigurasi kekuasaan yang kini berakar, didukung sepenuhnya oleh korporasi multinasional.

Beberapa korporasi kini memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) dan kemampuan paramiliter yang melampaui banyak negara, serta bertanggung jawab atas ketidakadilan dan eksploitasi yang jauh melebihi rezim-rezim diktatorial kecil. Dalam masyarakat globalis modern, serangan harus dipahami sebagai bentuk informasi. Narasi-gambar yang bergerak cepat dan model insureksi urban yang brutal terhadap sistem telah menyebar, meresap ke dalam kesadaran mereka yang terasing di seluruh dunia. Di era pertukaran data seketika, dampak teknis dari sabotase sering kali kecil dibandingkan dengan signifikansinya sebagai penanda kehancuran dan penolakan. Sistem kapitalisme—bahkan peradaban itu sendiri—dapat menyerap sebagian besar sabotase dan serangan, tetapi media baru yang berbasis pada produksi-diri dan replikasi-diri telah menciptakan komunitas insureksi internasional yang berbagi sejarah perlawanan yang saling bertautan. Tujuannya adalah pertukaran konten yang sarat simbol, pengulangan tema, distribusi maksimal, serta kohesi yang bersifat propulsif. Serangan destruktif dan sabotase anarkis, dikombinasikan dengan metode komunikasinya—gambar yang kuat atau komunike—menjadi darah bagi aksi langsung anarkis yang baru. Ia mengartikulasikan kesadaran yang teradikalisasi, berlandaskan organisasi partisipatoris serta proliferasi gagasan-gagasan destruktif dan ikonoklastik.

Gagasan anarkis dan nihilis adalah anatema bagi era informasi—mereka adalah glitch dalam masyarakat basis data, sesuatu yang lolos dari klasifikasi dan kendali. Imajinasi yang melangkah; berbahaya, tak terduga, dan mampu menciptakan momen-momen keterhubungan yang tak bisa diramalkan.

Masa depan peradaban adalah penyatuan yang semakin erat antara kekuasaan negara dan korporasi, dengan sains baru sebagai sekutu utamanya. Dengan perang dan krisis sebagai dalih abadi, kaum elit telah mendeklarasikan kekuasaan mutlak atas setiap individu yang bebas, setiap hewan, tumbuhan, dan wilayah liar. Menjelma sebagai kecerdasan mesin yang omnipresent, ia membentuk manusia sesuai kehendaknya, merusak serta memanipulasi seluruh benua makhluk hidup. Mencerminkan kekosongan dan kehilangan kita, prison-society harus diperangi, karena logika yang melandasinya adalah sistem penutupan kemungkinan, bekerja dengan cara mengeksklusi potensi alternatif yang tak terhitung jumlahnya. Ia bersifat self-referential, non-kreatif, dan mengejar model kemajuan yang pada hakikatnya adalah penghapusan individualitas serta kebebasan personal.

Perjuangan kita bergerak maju ke masa depan—mari hantam konsep dan mekanisme kendali mereka!

 

Esai ini awalnya diterbitkan dalam 325 issue #10. Esai ini diformat secara independen oleh Contemplative Publishing.

Posted in ArticlesTagged 10

Bagaimana Mengorganisir Insureksi: Sebuah Wawancara Tentang Pemberontakan 2008 di Yunani, Athena

Posted on 2025/01/17 - 2025/01/17 by contemplativepublishing

Kami dengan senang hati menerbitkan salah satu laporan pertama dari para peserta pemberontakan yang mengguncang Yunani setelah pembunuhan Alexandros Grigoropoulos yang baru berusia 15 tahun oleh polisi di lingkungan anarkis Exarchia pada 6 Desember.

Bagaimana aksi dikoordinasikan di dalam kota? dan Antar kota?

Ada ratusan kelompok afinitas kecil yang saling berdekatan—kelompok-kelompok yang berdasarkan persahabatan dan telah berlangsung lama serta disertai dengan rasa saling percaya 100 persen—dan kelompok-kelompok yang lebih besar, seperti orang-orang yang berasal dari tiga squat besar di Athena dan tiga dari Thessaloniki. Ada lebih dari 50 social centre (pusat sosial), dan ruang-ruang anarkis di universitas-universitas; juga, Antiauthoritarian Movement (Pergerakan Antiotoritarian) mempunyai grup di setiap kota besar, dan ada jejaring afinitas blok hitam yang aktif di setiap kota di Yunani, yang berdasarkan relasi personal dan berkomunikasi via surat dan telepon. Bagi mereka semua, Indymedia sangatlah penting sebagai titik strategis untuk mengumpulkan dan berbagi informasi yang berharga—di tempat terjadi konflik, di tempat polisi berada, di mana para polisi rahasia sedang melakukan penangkapan, apa yang sedang terjadi di mana saja tiap menit; juga berguna di level politis, untuk mempublikasikan pengumuman dan ajakan untuk melakukan demonstrasi dan aksi. Tentu, kita tidak dapat melupakan bahwa di dalam prakteknya, koordinasi banyak dilakukan melalui kontak antar teman via telepon genggam; itu juga yang banyak dipakai oleh pelajar untuk mengkoordinasikan inisiatif, demonstrasi, dan aksi langsung.

Struktur Pengorganisasian apa saja yang muncul?
  • Setiap jenis kelompok kecil yang berupa relasi pertemanan membuat keputusan-keputusan spontan di jalan-jalan, merencanakan aksi dan melakukannya sendiri dalam atmosfir yang rusuh dan tidak terkontrol; ribuan aksi terjadi di waktu yang bersamaan di mana saja di seluruh negeri.
  •  Setiap sore ada Dewan Umum di setiap sekolah-sekolah yang diduduki, gedung-gedung yang diduduki, dan universitas yang diduduki.
  •  Indymedia digunakan untuk mengkoordinasikan aksi dan melakukan pemberitahuan.
  •  Partai-partai komunis juga mengorganisir konfederasi pelajar mereka.
  •  Dan juga federasi yang memiliki pengaruh diorganisir oleh teman-teman Alexis yang mengorganisir pelajar untuk melakukan demonstrasi dan aksi, pendudukan sekolah-sekolah, dan menyebarkan pemberitahuan perjuangan pelajar.
Apakah ada struktur-struktur yang sudah ada yang dipakai oleh orang-orang untuk mengorganisir?

Bagi para pelajar yang baru pertama kali berada di jalanan, dan juga para imigran yang berpartisipasi, telepon sangatlah cukup; hal ini menghasilkan elemen yang rusuh dan situasi-situasi yang tak terduga. Di sisi lain, bagi kaum anarkis dan anti-otoritarian, Dewan Umum (General Assembly) merupakan alat pengorganisiran yang telah digunakan selama 30 tahun di dalam setiap gerakan. Setiap kelompok afinitas, squat, pusat sosial, universitas yang diduduki, dan organisasi lainnya mempunyai Dewan Umum mereka sendiri. Partisipan-partisipan lainnya termasuk organisasi Kiri dan ruang-ruang politis anarkis di universitas. Selama terjadinya pertempuran, banyak blog baru muncul, dan jejaring koordinasi antar pelajar SMU.

Orang-orang dari latarbelakang apa saja yang berpartisipasi di dalam aksi?

Mayoritasnya adalah anarkis, setengahnya adalah orang-orang tua, beberapa dari mereka beresiko dipenjara akibat aksi-aksi mereka terdahulu. Disamping mereka terdapat ribuan anak sekolah yang berumur dari 16 sampai 18 tahun. Bersebelahan dengan mereka adalah kelompok imigran, ribuan mahasiswa, banyak dari anak-anak gipsi [Roma] melakukan balas dendam atas represi sosial dan rasisme terhadap mereka, juga kaum revolusioner tua yang berasal dari perjuangan-perjuangan sebelumnya.

Apa saja bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan selama aksi?

  • Menghantam kaca, menjarah, dan membakar merupakan tindakan utama yang banyak digunakan oleh orang-orang. Mereka sering menyerang distrik pusat perbelanjaan mewah, membuka toko-toko mewah, mengambil segala sesuatu dari dalamnya, dan membakarnya guna melakukan tindakan kontra terhadap lemparan gas air mata. Banyak yang membalikkan mobil untuk dijadikan barikade, menjaga agar polisi berada di jarak yang cukup jauh hingga kemudian menciptakan area-area yang terbebaskan. Polisi menggunakan lebih dari 4600 gas air mata—hampir sebanyak 4 ton—namun orang-orang membuat banyak aksi membakar, cukup untuk menjaga area-area agar dapat bernafas di tengah negara yang sedang melancarkan peperangan kimia terhadap masyarakat. Ketika ribuan orang sadar kalau asap hitam dapat menetralkan asap putih dari gas air mata, mereka menggunakan taktik membakar apa saja sebagai perlindungan atas gas air mata. Taktik lainnya termasuk membongkar batu bata dari jalanan dengan palu, untuk menghasilkan ribuan batu bagi masyarakat sebagai bahan untuk dilempar; dan tentunya, inisiatif personal untuk menghasilkan dan melempar bom molotov. Taktik terakhir ini biasanya digunakan untuk memaksa agar polisi anti huru-hara takut dan menghargai para demonstran, dan juga sebagai cara untuk mengkontrol ruang dan waktu untuk menyerang dan melarikan diri.
  •  Menyerang dengan menggunakan tongkat, batu dan molotov dilancarkan terhadap banyak bank, kantor polisi, dan mobil-mobil polisi di seantero negeri. Di kota-kota yang lebih kecil, bank-bank dan polisi merupakan target utama, sebagaimana masyarakat yang tidak terlalu besar dan hubungan langsung melarang untuk menyerang toko-toko, dengan pengecualian beberapa franchise perusahaan multinasional.
  • Ratusan pendudukan simbolis dilakukan di berbagai bangunan publik, kantor-kantor pemerintahan, kantor layanan publik, teater-teater, stasiun TV, radio, dan bangunan-bangunan lainnya yang dilakukan oleh 50-70 orang. Juga terjadi banyak aksi sabotase simbolis dan blokade jalanan, jalan tol, kantor-kantor, stasiun metro, dan seterusnya, biasanya ditemani oleh distribusi ribuan pamplet untuk masyarakat di sekitar area tersebut.
  • Setiap harinya ada protes-protes diam, art-happening, dan aksi-aksi nonkekerasan di depan parlemen dan setiap kota. Banyak dari aksi ini diserang secara brutal oleh polisi, yang menggunakan gas air mata dan menangkap orang-orang.
  • Kaum Kiri mengorganisir konser di ruang-ruang publik dengan partisipasi band-band bawah tanah juga beberapa bintang pop yang memiliki kesadaran politis. Yang terbesar di Athena melibatkan lebih dari 40 artis dan mengundang penonton sebanyak 10.000 orang.
  • Demonstrasi pelajar yang terkontrol diorganisir oleh Partai Komunis. Banyak dari demonstrasi ini tidak terlalu menarik partisipasi dibanding dengan demonstrasi-demonstrasi pelajar yang rusuh dan spontan.

Berapa banyak partisipan di dalam aksi ini yang terlibat dalam aksi-aksi serupa sebelumnya? dan menurutmu seberapa banyak dari mereka yang baru “pertama kali” terlibat aksi?

Ribuan orang yang terlibat merupakan anarkis-insureksionis, antiotoritarian, dan otonomis libertarian; setengah dari mereka merupakan kaum anarkis yang lebih tua yang hanya turun ke jalan bila terjadi perjuangan yang penting; sebagaimana banyak dari mereka sudah pernah dikenai hukuman. Juga ada ribuan anak muda yang teradikalisasi selang tiga tahun terakhir dalam perjuangan-perjuangan sosial seperti tuntutan untuk Jaminan Sosial dan perjuangan menentang privatisasi pendidikan, dan juga demonstrasi spontan besar-besaran ketika terjadi pembakaran dari hampir 25 persen area alami di Yunani selama musim panas 2007. Kami memperkirakan ada sekitar 30 persen orang yang baru pertama kali melakukan kerusuhan.

Taktik macam apa yang digunakan ketika aksi sebelumnya di Yunani? Apakah taktik semacam ini berjalan sehaluan dengan pemberontakan ini? Jika benar, bagaimana itu bisa terjadi?

Banyak taktik yang digunakan dalam perjuangan ini telah digunakan sejak lama di Yunani. Apa yang paling penting dari kebaharuan karakteristik dari perjuangan ini merupakan aksi-aksi yang muncul dengan tiba-tiba di seluruh negeri. Pembunuhan seorang anak muda di area terpenting bagi aktivitas anarkis memprovokasikan reaksi yang cepat; selang lima menit kematiannya, sel-sel kaum anarkis di berbagai penjuru diaktifkan. Dalam beberapa kasus, para polisi terlambat tahu dari kaum anarkis perihal alasan kenapa mereka menghadapi serangan dari orang-orang. Bagi masyarakat Yunani, merupakan suatu kejutan bahwa mayoritas anak muda di negeri ini mengadopsi taktik “kekerasan anarkis, memecahkan dan membakar”, namun ini merupakan hasil dari pengaruh aksi dan ide anarkis yang telah ditunjukan kepada masyarakat Yunani selama empat tahun terakhir.

Apakah terjadi konflik antara partisipan aksi?

Partai Komunis memisahkan diri dari para anarkis dan kaum Kiri, dan mengorganisir demonstrasi yang terpisah. Juga, pengumuman yang dilakukan oleh Partai Komunis di media korporat, pidato mereka di parlemen, propaganda negatif mereka terhadap setiap organisasi Kiri membuktikan bahwa mereka merupakan musuh dari setiap usaha untuk perubahan sosial.

Apa opini dari “masyarakat umum” mengenai aksi ini?

Apa yang disebut sebagai “masyarakat umum” selama suatu periode tele-demokrasi merupakan sesuatu yang butuh banyak didiskusikan.

Secara umum, bila berbicara, “masyarakat umum” ketakutan ketika TV berkata bahwa kami “membakar toko-toko orang miskin,” tapi orang-orang juga tahu toko-toko macam apa yang berdiri di distrik-distrik mahal tempat terjadi kerusuhan; mereka ketakutan ketika TV berkata bahwa kaum imigran yang marah turun ke jalan dan menjarah, tapi mereka juga tahu kalau imigran itu kaum yang miskin dan putus asa, dan juga bahwa hanya sebagian kecil dari mereka yang turun ke jalan. Banyak seniman (artis), teoritisi, sosiolog, dan tokoh-tokoh publik lainnya yang menawarkan penjelasan mengenai pemberontakan yang terjadi, dan banyak dari mereka cukup bermanfaat bagi tujuan kami; beberapa di antara mereka barangkali terjebak oleh keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam semangat jaman, sementara yang lainnya memanfaatkan situasi untuk secara jujur menyatakan ide-ide mereka.

“Masyarakat umum” marah terhadap pembunuhan atas seorang anak muda berumur 15 tahun oleh polisi, dan mereka semakin membenci polisi, tak ada seorang pun yang menyukai polisi. Mayoritas orang “normal” Yunani tidak mempercayai pemerintahan sayap kanan sekarang ini atau pemerintahan sosialis yang kemarin (dan mungkin masa depan), dan mereka tidak menyukai polisi, toko-toko mahal, atau bank. Sekarang opini publik yang baru hadir menawarkan setiap justifikasi etis maupun sosial dari pemberontakan. Bila kemarin cukup sulit untuk memerintah Yunani, sekarang akan semakin sulit.

Seberapa penting konteks kejadian ini dengan kenangan kediktatoran yang pernah terjadi di Yunani? Bagaimana hal tersebut memengaruhi opini masyarakat luas dan berbagai aksi dalam kasus ini?

Pada tahun 1973, anak muda merupakan satu-satunya elemen yang mengambil resiko untuk memberontak melawan kediktatoran yang telah berjalan selama tujuh tahun; meski ini bukan merupakan satu-satunya perjuangan untuk mengakhiri kediktatoran, hal ini menjadi ingatan bersama bahwa pelajar menyelamatkan Yunani dari kediktatoran dan dominasi Amerika Serikat. Merupakan suatu kepercayaan umum bahwa anak muda akan mengambil resiko bagi manfaat semuanya, dan hal ini menghasilkan suatu harapan dan toleransi terhadap aksi-aksi pelajar. Sudah tentu, cerita ini sekarang sudah menjadi cerita usang dan meski telah menginspirasikan latar belakang pertempuran, hal tersebut tidak disebut sebagai titik acuan dari konflik ini.

Pengaruh lainnya datang dari perjuangan pelajar pada tahun 1991 dan 1995 yang menentang privatisasi pendidikan, yang sukses dalam merubah rencana pemerintah dan menyelamatkan pendidikan publik sampai sekarang ini. Juga, pemberontakan tahun 2007 barangkali merupakan puncak dari gerakan anarkis di Yunani sampai sekarang, sebagaimana hal itu menghadirkannya ke seluruh negeri dan dengan pengaruh yang besar bagi aksi-aksi dan slogan serta ide-ide dari mayoritas masyarakat; namun perjuangan pelajar sebelumnya, khususnya di Athena pada tahun 1991 menunjukannya lebih tampak dan umum.

Apa menurutmu kemerosotan ekonomi merupakan faktor yang penting dari kejadian ini sebagaimana yang didengungkan oleh media korporat?

Anak-anak muda dari area-area kaya di Athena juga menyerang stasiun polisi di area mereka, jadi bahkan kaum perang kelas (class war) Marxis memiliki kesulitan yang serius untuk menjelaskan apa yang terjadi: separasi antara yang kaya dan miskin tidak terlalu menjadi pengaruh selama solidaritas yang sudah ada sejak lama dan partisipasi dalam perjuangan akan kesetaran dan keadilan sosial.

Di sisi lain, orang Yunani antara umur 25 dan 35 tahun tidak dapat memiliki anak dan keluarga, karena ekonomi. Yunani merupakan negara yang berpenduduk jarang di seantero Eropa. Namun kita tidak membicarakannya di sini sebagai penyebab pemberontakan. Anak muda marah dan mereka membenci polisi, sinisme kapitalis, dan pemerintahan dalam cara yang alamiah serta instingtif yang tidak perlu penjelasan maupun agenda politis. Media lokal berusaha tidak mendiskusikan kondisi sosialnya lebih dalam tidak seperti yang diberitakan oleh media-media Inggris, Perancis, atau Amerika. Stasiun TV lokal berusaha membuat kebohongan mengenai “pemakai topeng” tukang rusuh yang tidak punya ide maupun identitas sosial, disebabkan oleh pengaruh moral kaum anarkis yang sangat kuat di masyarakat ini dan bila mereka mulai untuk berbicara serius mengenai ide kami di televisi, masyarakat dapat meledak. Terkecuali beberapa program TV dan surat kabar-surat kabar, kebanyakan media massa berusaha untuk memisahkan isu ekonomi dari pemberontakan yang rusuh tersebut.

Bahkan kaum kiri yang berasal dari generasi Mei 68’, ketika mereka berbicara pada media, mereka berkata bahwa kerusuhan dan perusakkan tersebut bukanlah ekspresi politis dari kebutuhan dan harapan masyarakat—bahwa kaum anarkis dan anak muda tidak punya kemampuan untuk mengekspresikan agenda politis, dan masyarakat butuh perwakilan politis yang lain. Sudah tentu, semua itu tidak mempunyai pengaruh kuat terhadap anak muda yang akan berpartisipasi di dalam perjuangan sosial ke depan, sebagaimana setelah perjuangan ini eksis tegangan yang tinggi dan jarak yang begitu hebat antara anak muda dan setiap jenis otoritas kepemimpinan politis.

Motivasi-motivasi apa, selain kemarahan terhadap polisi dan ekonomi, menurutmu, yang membuat masyarakat berpartisipasi?

Kebutuhan personal dan kolektif akan petualangan; kebutuhan untuk berpartisipasi membuat sejarah; kekisruhan negasi dari setiap bentuk politik, partai politik, dan ide-ide politik yang “serius”; gap kultural untuk membenci setiap jenis bintang TV, sosiolog, atau ahli yang mengklaim menganalisamu sebagai suatu fenomena sosial, kebutuhan untuk eksis dan didengar sebagai dirimu sendiri; antusiasme menghantam otoritas dan memperolok para polisi anti huru-hara, kekuatan di dalam hatimu dan api di genggaman tanganmu, pengalaman hebat dari pelemparan molotov dan batu kepada polisi di depan parlemen, di tempat-tempat perbelanjaan mewah, atau di kota kecilmu yang tenang, di desamu, di lapangan kampungmu.

Motivasi-motivasi lainnya termasuk hasrat kolektif untuk merancang aksi dengan teman-teman baikmu, membuatnya menjadi nyata, dan selanjutnya mendengar orang-orang yang menuturkan aksi tersebut selayaknya cerita yang membakar yang mereka dengar dari orang lain; antusiasme dari membaca aksi-aksi yang kau lakukan bersama temanmu di koran atau program TV dari sisi planet lainnya; rasa bertanggung jawab yang kau miliki untuk menghasilkan cerita-cerita, aksi-aksi, dan perencanaan yang akan menjadi contoh global bagi perjuangan di masa datang. Juga sensasi berpesta dengan merusakkan toko-toko, mengambil produknya dan membakarnya, melihat janji palsu dan impian kapitalisme terbakar di jalanan; kebencian terhadap setiap bentuk otoritas; kebutuhan untuk mengambil bagian dalam seremoni pembalasan dendam kolektif atas kematian Alexis di seluruh
negeri; kebutuhan untuk membuat pesan yang kuat terhadap pemerintah bahwa bila kekerasan polisi meningkat, kita memiliki kekuatan untuk melawan balik dan masyarakat akan meledak—kebutuhan untuk mengirim pesan langsung pada masyarakat bahwa segala sesuatu harus bangun, dan sebuah pesan pada otoritas bahwa mereka harus menganggap kami dengan serius karena kami ada di mana-mana dan kami datang untuk mengubah semuanya.

Apakah partai-partai politik sukses dalam mengkooptasi energi dari pemberontakan?

Dalam angka yang “sebenarnya”, pendukung kaum sosialis meningkat ditengah pemerintahan sayap kanan, memperoleh delapan persen; “European Social Forum communists” kehilangan satu persen suara meski mereka berbuat banyak dalam pemberontakan, namun mereka masih berada di posisi ketiga dengan suara 12 persen; Partai Komunis 8 persen, neo-fasis Nasionalis 4,5 persen, dan Partai Hijau stabil dengan 3.5 persen suara.

Menarik bila mengamati bahwa para pemimpin Sosialis sekarang tampaknya menjadi yang pertama dalam “kemampuannya untuk memerintah negeri” setelah bertahun-tahun kalah populer dari perdana menteri sayap kanan. Kerusuhan telah mempengaruhi kancah perpolitikan: partai-partai politik tampaknya susah untuk menjelaskan atau bereaksi pada kekerasan yang masif dan partisipatif dari setiap level masyarakat. Pengumuman-pengumuman mereka tampak tidak relevan dari apa yang telah terjadi. Popularitas mereka menurun secara dramatis bagi generasi muda, yang tidak melihat logika dan politik dari partai politik dan tidak merasa direpresentasikan oleh mereka.

Bagian apa yang dipegang oleh kaum anarkis dalam memulai dan melanjutkan aksi? Seberapa jelas partisipasi mereka dilihat oleh masyarakat?

Selang beberapa tahun terakhir, kaum anarkis telah menciptakan sebuah jejaring komunitas, grup, organisasi, squat, dan pusat sosial di hampir seluruh kota-kota besar di Yunani. Banyak yang tidak menyukai satu sama lain, sebagaimana banyak sekali perbedaan yang ada antar tiap grup dan individu. Meskipun begitu semua perbedaan tersebut membantu pergerakan, sebagaimana sekarang ini gerakan telah meliputi banyak subyek. Berbagai jenis orang menemukan kamerad-kamerad mereka di gerakan-gerakan anarkis yang berbeda dan semuanya saling mendorong—dalam cara yang positif, kadang antagonistik—untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi ini termasuk dengan menciptakan dewan-dewan kampung, berpartisipasi dalam perjuangan sosial, dan merancang aksi yang memiliki arti bagi masyarakat luas. Setelah 30 tahun anarkisme anti-sosial, gerakan anarkis di Yunani sekarang ini, dengan segala problem, batasan, dan konflik internalnya, mempunyai kemampuan untuk melihat keluar dari mikrokosmos anarkis dan mengambil tindakan yang merubah masyarakat secara besar dengan cara-cara yang telah hadir. Sudah tentu, butuh banyak usaha untuk membuat hal ini menjadi umum, namun hari demi hari tak ada seorang pun yang bisa mengacuhkannya.

Untuk peran dari kaum anarkis di dalam memulai dan melanjutkan aksi, khususnya pada awalnya—Sabtu dan Minggu, 6 dan 7 Desember—dan juga kelanjutannya setelah rabu 10 Desember, kaum anarkis merupakan mayoritas yang melancarkan aksi. Di hari-hari pertengahan, terutama hari Senin ketika Armageddon yang menghancurkan mengambil tempat, pelajar dan imigran memainkan peranan penting. Namun mayoritas pelajar mendapatkan momen yang mudah setelah satu, dua, atau tiga hari perusakan, dan kemudian pulang rumah atau menghadiri demonstrasi yang atmosfirnya lebih pasifis. Seperti biasa, kaum imigran harus menghadapi efek balik dari masyarakat lokal, dan mereka takut untuk kembali ke jalanan.

Jadi 20,000 anarkis di Yunani yang memulainya, dan melanjutkannya ketika setiap orang kembali ke normalitas. Dan kami harus memberitahu bahwa rasa takut untuk kembali menuju normalitas telah membantu kami untuk memperpanjang pertempuran hingga sepuluh hari lebih, menaruh diri kami dalam bahaya yang hebat sebagaimana aksi pembalasan dendam dari pembunuhan sahabat kami berubah, di dalam fantasi kami, menjadi persiapan untuk pemogokan umum. Sekarang masyarakat Eropa tahu bagaimana wajah dari insureksi sosial, dan bukanlah hal yang sulit untuk merubah dunia dalam beberapa bulan.

Namun kamu butuh orang-orang untuk berpartisipasi dan memainkan peranan mereka. Kaum muda di Yunani mengirim pesan untuk seluruh masyarakat Eropa. Kami menanti respon mereka sekarang.

Seberapa tampak kaum anarkis di Yunani secara umumnya? Seberapa serius anarkisme dipandang oleh mayoritas masyarakat Yunani?

Kamu bisa bilang kalau baru tiga atau empat tahun sampai sekarang sejak kaum anarkis mulai memperlakukan diri mereka “secara serius” agar kita dapat dilihat serupa oleh masyarakat luas. Hanya sekitar beberapa tahun kami sukses memperluas melampaui batas-batas strategi anti-polisi yang telah mengkarakteristikan usaha kami selama 25 tahun. Menurut strategi tersebut, kami menyerang polisi, mereka menahan orang-orang, dan kami melakukan aksi solidaritas, dan selalu seperti itu. kami butuh 25 tahun untuk bisa lepas dari rutinitas tersebut. Sudah tentu, serangan-serangan anti-polisi dan pertempuran berlanjut, dan solidaritas bagi tahanan semakin kuat dari sebelumnya, dan elemen anti-sosial dalam gerakan anarkis berada dalam kontrol diri dan kami dapat berbicara, peduli, dan beraksi untuk manfaat seluruh masyarakat sekarang, melakukan aksi dan perencanaan yang dapat dipahami lebih jelas oleh setidaknya sebagian dari masyarakat.

Banyak aksi-aksi, seperti penyerangan terhadap supermarket dan distribusi dari produk-produk yang dicuri kepada masyarakat, menjadi populer dan diterima. Penyerangan terhadap bank-bank, apalagi sekarang yang disertai krisis ekonomi, juga diterima, dan serangan terhadap kantor polisi telah diadaptasi dan digunakan oleh pelajar SMU di seluruh negeri. Satu sisi, kami telah menjadi subyek berita 15 hari terakhir. Berbicara secara umum, dengan partisipasi dari perjuangan pelajar dan pekerja dan juga perjuangan ekologis, setiap minggu aksi yang dilancarkan kaum anarkis menarik perhatian dan menawarkan visibilitas pada gerakan anarkis.

Ini bukan berarti anarkisme telah dipahami dengan serius oleh mayoritas masyarakat Yunani, sebagaimana masih banyak orang percaya pada kebohongan televisi yang menggambarkan kami sebagai “pemakai topeng” dan kriminal, dan juga mayoritas ini tidak memiliki pemahaman bagaimana masyarakat anarkis dapat berfungsi—termasuk banyak anarkis, juga, yang menolak untuk berbicara tentang hal ini! Namun aksi, kritik, dan ide kami memiliki pengaruh yang kuat sekarang pada orang-orang progresif dan Kiri. Tidak lagi mungkin untuk mengatakan bahwa kami tidak eksis dan eksistensi kami meradikalisasi mayoritas generasi muda.

Apa peranan grup-grup subkultur—seperti punk, squatting, dan sebagainya—dalam membuat pemberontakan menjadi mungkin?

Setelah tahun 93 kami punya kecenderungan yang kuat dalam gerakan anarkis Yunani—yang disertai dengan perkelahian internal yang serius—yang mengeliminasi pengaruh gaya-gaya subkultur di dalam gerakan. Ini berarti tak ada punk, rock, metal, atau apa pun identitas anarkis di dalam gerakan anarkis Yunani—kamu bisa menjadi apa saja yang kau inginkan, kau bisa mendengar musik apa pun yang kau suka, namun itu bukanlah identitas politis.

Dalam pertempuran bulan ini, banyak “anak emo” berpartisipasi, dengan kaum hippie dan anak rave, banyak punk, heavy metal, dan juga anak-anak trendy dan pelajar yang menyukai musik Yunani atau apa saja. Itu harus merupakan suatu kesadaran sosial dan politis, kritik sosial dan pemahaman kolektif yang membawamu untuk berpartisipasi dalam gerakan anarkis, dan bukan fesyen. Tentu, sejak 19 tahun terakhir Void Network dan kolektif-kolektif serupa telah memainkan peranan dalam menawarkan introduksi kultural pada ruang-ruang politis radikal. Grup-grup seperti ini mengorganisir even-even politis/kultural, pesta setiap tahun dan memiliki kekuatan untuk menarik ribuan orang dari kultur underground. Meski begitu, Void Network sendiri tidak menciptakan identitas-identitas subkultur, tidak memisahkan subkultur-subkultur yang berbeda, dan berusaha untuk mengorganisir acara-acara yang meliputi hampir semua kultur underground. Memang benar bahwa mayoritas orang di scene menghadiri dan berpartisipasi dalam acara-acara DIY (Do It Yourself) budaya underground; banyak acara diorganisir setiap bulan di ruang-ruang yang dibebaskan.

Apa yang membuat gerakan anarkis sehat di Yunani?

Pemisahan identitas politis subkultur membuat orang mengerti bahwa kamu menyebut dirimu seorang anarkis butuh partisipasi, perencanaan, kreativitas, dan tindakan yang lebih serius daripada sekadar memakai baju antikris dan nongkrong di acara-acara punk minum bir dan mengkonsumsi pil-pil hipnotik.

Sekarang ada pemahaman bahwa kamu menyebut dirimu anarkis maka kamu harus datang ke demonstrasi, turun ke jalan dengan bendera hitam dan merah-hitam, bersama-sama meneriakan slogan dan memanifestasikan kehadiran anarkis. Juga, kamu harus berpartisipasi dalam dewan-dewan yang berbeda-beda dengan orang-orang untuk merancang aksi-aksi, perencanaan, atau perjuangan yang berbeda untuk dapat menyebut dirimu anarkis. Kamu harus berteman dengan orang-orang yang kamu percaya 100 persen untuk merancang sesuatu yang berbahaya, kamu harus sadar akan apa yang terjadi di dunia agar dapat memutuskan tindakan tepat apa yang harus dilancarkan, kamu harus antusias dan gila, untuk merasakan bahwa kamu dapat melakukan hal-hal yang menakjubkan—kamu harus bersedia memberikan hidupmu, waktumu, tahun-tahunmu dalam perjuangan yang takkan pernah berakhir. Cukup sehat bila kamu tidak punya ekspektasi, karena kamu takkan menjadi kecewa. Kamu tidak berharap untuk menang. Kamu biasa untuk hadir, bertempur, lalu menghilang lagi; kamu mengerti bagaimana menjadi orang yang tak terlihat dan terlihat sebagai kekuatan kolektif; kamu tahu bahwa kamu bukanlah pusat alam semesta; namun kapan saja kamu dapat menjadi pusat dari masyarakatmu.

Dalam cara bagaimana menurutmu gerakan anarkis di Yunani dapat menjadi lebih baik dan lebih kuat?

Kami butuh cara-cara yang lebih bagus untuk menjelaskan ide-ide kami kepada masyarakat. Kami butuh teknik komunikasi politis pada seluruh masyarakat, cara-cara yang lebih baik dan kuat untuk membuat “terjemahan politis” dari aksi kami dan menaruh seluruh perjuangan dalam konteks sosial. Dalam tele-demokrasi, di mana politisi tidak lebih dari bintang televisi, penolakan kami untuk berkomunikasi melalui media massa merupakan sesuatu yang sehat, namun kami perlu cara-cara untuk melampaui “realitas konsensus” ini, propaganda media terhadap kami, dan menemukan cara untuk menjelaskan tujuan-tujuan aksi kami pada masyarakat. Selama acara-acara TV “eksis” dan apa saja yang tidak hadir dalam TV “tidak eksis”, kami akan senantiasa berada di situ dengan ide-ide gila kami, dan aksi-aksi berbahaya dan pertempuran jalanan untuk menghancurkan normalitas program TV, kami akan menggunakan iklan negatif dari aksi kami untuk menculik setiap fantasi dan impian dari masyarakat. Tapi bagaimana kami menjelaskan ide-ide positif ke semua orang? Bagaimana kami membantu orang-orang untuk tidak mempercayai media? Bagaimana kami melakukan kontak dengan jutaan orang?

Butuh jutaan poster dan pamplet gratis, yang disodorkan dari tangan ke tangan di jalan-jalan; butuh jutaan undangan untuk demonstrasi dan partisipasi dalam perjuangan sosial; butuh lebih banyak jasa layanan publik yang gratis di sektor-sektor yang tidak disediakan pemerintah—doktor-doktor dan guru anarkis gratis, makanan gratis, akomodasi gratis, informasi, budaya underground, dan seterusnya—yang dapat membawa orang lebih dekat kepada ide kami. Juga butuh lebih banyak squat dan pusat sosial. Jika kamu bisa membuat squat, maka itu lebih baik, bahkan bila itu tidak memungkinkan di kotamu, sewalah gedung dengan teman-temanmu, atasi masalah birokrasi, bangun kolektif, mulai membentuk dewan, dan taruh bendera merah-hitam atau hitam di pintu masuk. Mulai tawarkan pada orang-orang di kotamu suatu contoh hidup dari sebuah dunia tanpa rasisme, patriarki, atau homofobia, suatu rasa akan kesetaraan, kebebasan, dan respek terhadap perbedaan, sebuah dunia dengan kasih dan saling berbagi. Kami butuh lebih banyak “Autonomia” di dalam insureksionisme gerakan anarkis Yunani, untuk membuatnya bersinar seperti suatu paradigma gelombang baru kehidupan sosial dan memperlihatkan metodologi bertahan hidup yang baik di metropolis ini.

Seberapa efektif represi polisi dalam menghentikan gerakan anarkis? Bagaimana orang-orang melawannya?

Impian dan rencana dari kaum insureksionis telah terkabul: suatu gelombang partisipasi telah “melampaui” kaum anarkis, dan untuk hari-hari yang rusuh orang-orang telah berjalan dan bertempur di kota tidak seperti yang sudah-sudah, dalam suatu eksistensi ruang dan waktu yang tidak terduga.

Di hari-hari yang sama, tentunya, mereka akan berhadapan dengan batasan-batasan dari insureksi. Sekarang ini banyak yang terlibat diskusi panjang dalam memperluas pemahaman popular dan menciptakan praktek-praktek, aksi-aksi, dan metode-metode yang akan mencukupi dan memperkaya perjuangan. Represi polisi tidak memainkan peranan penting dalam kesimpulan kerusuhan melainkan hanya kelelahan fisik. Semua dari kami berbagi suatu rasa penyelesaian dan permulaan, dan inilah perasaan yang tak dapat disentuh oleh polisi.

Menurutmu apa hasil dari kejadian Desember ini?

Perjuangan yang terus berlanjut! Pertempuran demi kesetaran politik, sosial, dan ekonomi yang takkan pernah selesai! Ekspansi konstan dari kebebasan!

Ke depan nanti, pemerintah neoliberal Yunani dan seluruh Eropa akan berpikir dua kali sebelum mengimplementasikan setiap jenis perubahan ekonomi dan sosial. Kerusuhan di Athena dan krisis ekonomi mengakhiri sinisme otoritas, bank, dan korporasi, hingga meradikalisasi sebuah generasi baru di Yunani, dan memberikan masyarakat kami suatu kesempatan untuk membuka dialog tentang perjuangan sosial masif di waktu depan nanti.

Sebagaimana slogan bulan Desember 2008 di Athena dan Exarchia berucap:

“KAMI ADALAH BAYANGAN DARI MASA DEPAN.”

Pertanyaan-pertanyaan diatas dijawab oleh Void Network (Theory, Utopia, Empathy, Ephemeral Arts); dan diajukan oleh CrimethInc. ex-Workers’ Collective.

Unduh Gratis!

Posted in Articles

Posts navigation

Older posts
Gaetano Bresci: L'anarchico venuto dall'America (The Anarchist Who Came From America)

Recent Posts

  • Klaim Tanggung Jawab atas Vandalisme di Universitas yang Selalu Bersekongkol dengan Negara dan Para Kapitalis
  • Leaflet T. A. Z
  • Organisasi Informal
  • Fuck Left Unity! & Anti-left Anarchy: Hunting Leftism with Intent to Kill
  • Welcome to The New Apocalypse World

Daftar Penerbit Anarkis di Indonesia

  • Talas Press
  • Pustaka Catut
  • Penerbit Ramu
  • Penerbit Daun Malam
  • Public Enemy Books
  • Diogenes
  • Sabate Books
  • Nomo Press
  • Page Against The Machine
  • Katong Press
  • Ngazarah Press
  • Seng Iseng Zine
  • Hellish Poets Conspiracy
  • Archipelago Anarchist Archive
  • etc.

Archives

    • June 2025
    • May 2025
    • March 2025
    • February 2025
    • January 2025
    • December 2024
    • November 2024
    • October 2024

    Categories

    • Articles
    • Books
    • Communiqué
    • General
    • Leaflet
    • Zines
    • Mail
    • Instagram
    Proudly powered by WordPress | Theme: micro, developed by DevriX.